Wali Kota Solo Joko Widodo dengan bangga mengganti Toyota Camry-nya dengan Esemka Rajawali rakitan siswa SMK setempat. Mobil ini jelas butuh strategi agar diakui secara nasional.
Pengamat otomotif sekaligus pendiri dan istruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC) Jusri Pulubuhu mengungkap, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat mobil rakitan siswa SMK Negeri 2 Surakarta dan SMK Warga Solo ini mendapat pengakuan.
“Agar mobil ini bisa bersaing dengan dengan mobil impor lain, banyak elemen yang harus dipersiapkan, mulai dari pemerintah hingga pihak-pihak pendukung terkait,” katanya saat diwawancarai INILAH.COM via telepon, Jumat (6/1).
Pihak yang terkait dalam memasarkan mobil ini tentunya harus bekerja maksimal agar mobil ini bisa mendatangkan keuntungan. Selain itu, seperti strategi Malaysia saat meluncurkan Proton, pemerintah Indonesia sebaiknya juga mewajibkan penggunaan mobil ini.
Pajak mobil impor juga harus dinaikkan dan manajemen yang ada harus meningkatkan kinerjanya agar mobil ini bisa bersaing di pasaran, ungkapnya. “Pihak Kementerian Perhubungan dan Pusat seharusnya memiliki gerakan massal untuk menasionalkan Esemka dengan meniadakan atau mensubsidi pajak mobil ini,” paparnya.
Subsidi bisa berkontribusi besar dalam pembuatan mobil Esemka supaya produk dalam negeri ini cepat terangkat. “Pemerintah juga harus mulai menyadarkan warga agar tak selalu berpikiran bahwa mobil impor selalu membuat mereka tampil gaya, Esemka ini sendiri memiliki estetika yang cukup bagus dan bisa bersaing,” kata Jusri.
Pihak Kementerian Perhubungan juga harus menguji mobil ini lebih lanjut dan mengeluarkan sertifikasi yang menunjukkan mobil ini memang laik jalan. Pemerintah juga harus memperjelas visi dan misi untuk menasionalkan Esemka.
“Momentum ini harus didukung semua stakeholder. Niat juga tak boleh setengah-setengah dan bukan sekadar pernyataan semata agar mobil ini tak hanya menjadi kebanggaan sesaat saja,” papar Jusri.
Meski ia mengakui belum bisa mensejajarkan Esemka dengan mobil-mobil impor yang sudah ada terlebih dulu, namun mengaku optimistis seiring berjalannya waktu disertai keseriusan stakeholder, mobil ini mampu melaju ke dunia internasional.
Hal sederhana yang saat ini bisa dilakukan, misalnya mewajibkan perangkat SMK yang ada menggunakan produk ini di mana dengan begitu, proses pemasaran secara tak langsung juga terjadi disini.
“Akan lebih baik lagi jika perangkat pemerintah pusat, mulai dari menteri juga menggunakan mobil ini. Proses menasionalkan mobil ini akan menjadi lebih jelas. Kemauan jangan sekadar mimpi, harus ada upaya nyata yang dilakukan,” tutupnya. [mdr]
Pengamat otomotif sekaligus pendiri dan istruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDCC) Jusri Pulubuhu mengungkap, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat mobil rakitan siswa SMK Negeri 2 Surakarta dan SMK Warga Solo ini mendapat pengakuan.
“Agar mobil ini bisa bersaing dengan dengan mobil impor lain, banyak elemen yang harus dipersiapkan, mulai dari pemerintah hingga pihak-pihak pendukung terkait,” katanya saat diwawancarai INILAH.COM via telepon, Jumat (6/1).
Pihak yang terkait dalam memasarkan mobil ini tentunya harus bekerja maksimal agar mobil ini bisa mendatangkan keuntungan. Selain itu, seperti strategi Malaysia saat meluncurkan Proton, pemerintah Indonesia sebaiknya juga mewajibkan penggunaan mobil ini.
Pajak mobil impor juga harus dinaikkan dan manajemen yang ada harus meningkatkan kinerjanya agar mobil ini bisa bersaing di pasaran, ungkapnya. “Pihak Kementerian Perhubungan dan Pusat seharusnya memiliki gerakan massal untuk menasionalkan Esemka dengan meniadakan atau mensubsidi pajak mobil ini,” paparnya.
Subsidi bisa berkontribusi besar dalam pembuatan mobil Esemka supaya produk dalam negeri ini cepat terangkat. “Pemerintah juga harus mulai menyadarkan warga agar tak selalu berpikiran bahwa mobil impor selalu membuat mereka tampil gaya, Esemka ini sendiri memiliki estetika yang cukup bagus dan bisa bersaing,” kata Jusri.
Pihak Kementerian Perhubungan juga harus menguji mobil ini lebih lanjut dan mengeluarkan sertifikasi yang menunjukkan mobil ini memang laik jalan. Pemerintah juga harus memperjelas visi dan misi untuk menasionalkan Esemka.
“Momentum ini harus didukung semua stakeholder. Niat juga tak boleh setengah-setengah dan bukan sekadar pernyataan semata agar mobil ini tak hanya menjadi kebanggaan sesaat saja,” papar Jusri.
Meski ia mengakui belum bisa mensejajarkan Esemka dengan mobil-mobil impor yang sudah ada terlebih dulu, namun mengaku optimistis seiring berjalannya waktu disertai keseriusan stakeholder, mobil ini mampu melaju ke dunia internasional.
Hal sederhana yang saat ini bisa dilakukan, misalnya mewajibkan perangkat SMK yang ada menggunakan produk ini di mana dengan begitu, proses pemasaran secara tak langsung juga terjadi disini.
“Akan lebih baik lagi jika perangkat pemerintah pusat, mulai dari menteri juga menggunakan mobil ini. Proses menasionalkan mobil ini akan menjadi lebih jelas. Kemauan jangan sekadar mimpi, harus ada upaya nyata yang dilakukan,” tutupnya. [mdr]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar